"Apa maumu?! Dulu kau berjanji ini lah, iitulah! Kau mau belajar ngaji dan salat jika aku mau jadi paacarmu. Tapi kau ingkari perjanjian itu? Kia pacaran bukan karna saling cinta! Kenapa sekarang tidak mau salat? Mengaji 1 ayat pun kau tak mau?"
Oh ya Allah....desisku panjang setelah teringat kejadian 1 tahun yang lalu. Entah mimpi apa aku semalam sehingga aku ingat lai masa laluku.. Kata-kata itu selalu menjadi teman dalam setiap detikku.
Kisah mantanku satu-satunya, dari dulu tak bisa kupungkiri, selama ini baru kusadari, rupanya ada sedikit rindu padanya. Aku tak mengerti. Aku pacaran bukan karena cinta, namun sekedar hanya untuk mengajari dia sedikit agama. Karena selama ini, ia terlalu jauh menyimpang dan mau bertobat jika aku mau menjadikanya pacar.
Aku ingat sekali, pertama kalinya pacaran ketika usiaku duduk dibangku SMP kelas 3 awal Aku melakukanya bukan untuk statusku agar tidak jomblo. Tidak seperti temanku yang lain, sekali punya pacar semua harus tahu, selingkuhlah, putus nyambunglah. "Aku tak peduli. Tujuanku berbeda," pikirku.
Apel yang dibungku kulit jeruk terbongkar juga pada endingnya. Hubunganku denganya terbongkar tatkala stengah tahun jadian.
Hal ini menjadi masalah besar buatku. Karena selama ini aku terkenal sebagai anak pendiam dan tak suka berpasangan. Orang Tuaku pun tak mengizinkan. Semua ini berjalan secara tersembuyi. Aku menjaga imageku. Selama pacaran, tak sedikitpun ku beri kesempatan baginya untuk mendekatiku. Maksudnya aku harus menjaga jarak, karena kami bukan mahram. Walaupun duduk hanya berdekatan atau sekedar berpegangan tangan, saling tatap muka, aku selalu menghindarinya. Aku tak segan-segan membentaknya dan bersikap tegas jika ia membandel. Untuk kencan, aku rasa tidak perlu. Karena status ini hanya sekedar syarat agar ia mau mengaji dan salat. Bahkan aku tidak tau bahwa langkah yang aku ambi adalah salah kaprah.
Berita itu semakin menyebar luas dan membuatku gatal untuk mengaruk dan menghilangkan kutu-kutu busuk di dalamnya. Mereka mencampuradukan dan menambah-nambahkan bumbu penyedap. Mungkin agar terdengar panas untuk dibincangkan. Untuk mengetahui perilaku teman-temanku yang senakin mencari tahu statusku, kukatakan secara tegas.
"Aku memang pacaran, namun dengan tujuan yang berbeda dengan kalian yang hanya demi status belaka. Pacaranku bukan acara kencan, pegangan tangan, mesra-mesraan. Aku sudah memutuskan hubungan itu sejak lama tanpa syarat! Aku berbeda dengan kalian."
Akhirnya, atas yang semua kulakukan sedikit demi sedikit gosip itu menghilang. Semua kembali normal. Dan dengan dia? Tentu saja ia membantuku. ia memasang status pacar dengan orag lain supaya rencanaku berhasil. Namun dibalik itu semua, kami masih lanjut.
Namun, akhir-akhir ia nampak berbeda. Semakin aku curigai semakin pula ia menutupi sesuatu dan itu terlihat jelas. Aku takut jika tujuan yang semula menyimpang. Tanpa pikir panjang, ku mencari tahu. Telah jelas sudah tanpa ditutupi. Ternyata benar, semua berbeda. Ia kembali menjai seoraang penggila seks, peminum, pemabuk, suka mengombal wanita, dan ketika bersamaku, ia sudah tak mau belajar agama.
Malam ini, ia menolak mentah-mentah untuk mengaji, dan dengan enteng dia mengajaku untuk ke jenjang yang lebih serius. Tak hanya status, namun yang spesial. Aku sangat kecewa dan tak tau harus berbuat apa. Melintaslah kalimat itu. Ia menyadarinya, dan merasa khilafserta tak mau kehilangan diriku.
Terlambat sudah, sebentar lagi akau akan pergi jauh, dan tak akan kembali untuknya. Dengan sangat dan dengan paksa aku memutuskan secara resmi dan langsung menjauh tanpa harus mendengar persetujuan darinya. Sudah ku camkan sebagai status putus. Entah bagaimana ia mengangapnya. Aku tak mau pergi dan meninggalkan 'sesuatu' yang tak jelas dan belus tersesesaikan.
Aku pergi menjauh, meninggalkan kisah masa putih biru menuju putih abu-abu. Sekarang aku sadar, rupanya semua telah menumbhkan cinta. Tanpa kusadari, selama ini aku juga menyayanginya. Namun semua tertutupi oleh perjanjian itu dan aku juga tidak bisa menerimanya atas semua perilaku buruknya. Aku akan selalu menjauh darinya. Sampai kapanpun!