Cincin Bukan Jaminan Kesetiaan

Pak Didi seorang Marinir yang bertugas di Medan mengisahkan kisah mengharukan ini. Peristiwa yang tidak dapat dilupakannya. Dia bersama isterinya  kost di rumah seorang warga Tapanuli di Sunggal-Medan, pak Maruli namanya(nama samaran). Pak Maruli ini mempunyai seorang anak gadis yang cantik jelita, "Riani" dia menjadi primadona di dilingkungan perumahan tsb. Rambutnya seperti mayang terurai, penampilan pisiknya sangat ideal membuat banyak laki-laki berusaha mendekatinya. Dengan gaya masing-masing sang pemuda berusaha merebut hati gadis ini. Ada yang memakai mobil dengan model terbaru, pakaian dengan model Pierre Gardyn, memakai wangi-wangian yang aromanya aduhai....! Siapa sih orangtua yang tidak bangga memiliki putri cantik?

Diantara laki-laki tsb,ada seorang yang berpenampilan smart, elegant, ganteng dan meyakinkan. Namanya Warso(nama samaran) pria lain suku.

Dengan setia Warso selalu wakuncar setiap malam minggu kerumah Riani, sikapnya yang selalu melindunginya membuat Riani semakin mencintai laki-laki ini. Orangtuanya juga yakin bahwa pria ini sangat bijak menjaga putrinya. Hubungan mereka sudah berlangsung enam bulan. Riani yakin inilah pasangannya yang cocok baginya. Jadi kemanapun mereka pergi berdua, orangtuanya percaya saja. Suatu saat didaerah Brastagi yang sejuk, Warso membisikkan ketelinga Riani: "Aku  mencintaimu,dan ingin menikahimu segera"

Dia mengecup kening Riani sebagai tanda kasihnya. Hati Rianipun berbunga-bunga mendengar pernyataan Warso. Dia sungguh berbahagia malam itu. "Apa buktinya abang mencintaiku" tanya Riani. Dia ingin bukti keseriusannya. Tanpa diduga, Warso mengeluarkan dari dalam sakunya sebuah cincin dan menaruhnya kejari manis Riani. Kemudian dengan mesra mereka berpelukan. Warso membaringkan tubuh Riani ketempat tidur. Karena dikuasai nafsu yang tak terkendali,mereka berduapun tenggelam melakukan seperti suami-isteri.

Kemudian mereka kembali ke Medan,Warso mengantar Riani kerumahnya. Diteras rumah, orangtua Riani sedang membaca koran dengan santainya. Warso menyapa orangtua Riani dengan sopan:" Apa kabar pak?" Kami sudah pulang dari Brastagi, "Ini pak kami bawa oleh-oleh duren Brastagi" kata Warso sambil menyodorkan duren tsb. Merekapun mencicipi oleh-oleh yang dibawa Warso . "Uenaaak sekaaaliii" sahut pak Maruli menirukan logat Jawa.

Setelah puas makan duren,Warso pamit pulang. Dia diantar Riani hingga gerbang pagar. Sambil melambaikan tangan.."daaagh" kata mereka berdua. Riani tersenyum bahagia hari itu. "Dia pasti menjadi suamiku" katanya dalam hati.

Malam Minggu berikutnya, Riani berdandan, dia memakai gaun yang indah malam itu, siap-siap menyambut calon suami. Cantik tenan dia malam itu. Biasanya Warso datang paling lambat jam 19.00 wib. Rianipun berkali-kali melihat jam tangannya,tetapi sang kekasih belum datang juga.

Dia tunggu hingga jam 21.00 wib,belum muncul juga. Dia mulai gusar,lalu dia menelpon Warso kerumahnya. Dia "Sudah tidak disini mbak" kata pembantu, "kontrakannya sudah habis."

"Pindah kemana dia?" tanya Riani dengan suara agak keras.

"Saya nggak Tahu mbak" sahut pembantu.

Seperti disambar petir disiang bolong, diapun lari kekamar sambil merebahkan tubuhnya dan tertelungkup mendekap bantal guling. Dia menangis dengan sedihnya. Dia tidak menceritakan kepada orangtuanya bahwa kegadisannya sudah direnggut Warso.

Riani masih berharap Warso datang mengunjunginya dan mempertanggung jawabkan perbuatannya, tetapi tiga bulan ditunggu-tunggu sang pacar tidak muncul juga. Riani pun putus asa, dan merasa malu melihat orangtuanya dan lingkungannya. Dia merenung-renung peristiwa yang menyakitkan itu. Akhirnya dia mengambil suatu keputusan untuk meninggalkan orangtuanya. Keputusan yang merusak dirinya sendiri. Dia pergi ke suatu tempat di Tanjung Balai, suatu tempat prostitusi. Dia menjadi wanita "P" karena merasa tidak berguna lagi bagi  keluarga, merasa malu dan ternoda dgn perbuatannya sendiri.

Orangtuanya tidak mengetahui dia berada dimana, dan akhirnya pak Maruli minta tolong mencarikan sang putri kepada pak Didi(marinir) yang kost dirumahnya. Pak Didi ini seorang Kristen yang taat. Setiap hari Minggu, dia selalu ikut kebaktian di HKBP Sunggal. Karena sering bergaul dengan orang Batak ,diapun fasih berbahasa batak. Di Medan dia ditugaskan sebagai kepala salah satu pleton Angkatan Laut Republik Indonesia.

Sebagai seorang prajurit, diapun menyelusuri tempat-tempat prostitusi di Sumut dan sekitarnya. Dia mencari informasi ke tempat itu dengan menanyakan para germo atau wts yang ada dilokasi. Dia pura-pura menjadi laki-laki hidung belang. Dengan berbagai tehnik pencarian informasi, akhirnya dia berhasil menemukan Riani di Tanjungbalai. Perlu diketahui bahwa pak Didi tidak mengenal wajah Riani karena peristiwa ini terjadi sebelum pak Didi kost di rumah pak Maruli.

Pak Didi pun booking Riani dan mereka masuk kamar dan berbicara berduaan. Namanya bukan Riani lagi, tetapi sudah berganti dengan Kristin.

"Ayolah om", ajak  Kristin(Riani) ke pak Didi.

"Tenang saja dulu Tin, kita ngobrol-ngobrol saja dulu" sahut pak Didi dengan wajah kalam.

"Soalnya saya nanti ditegor dengan boss saya" kata Kristin.

Pak Didipun mengorek informasi sebanyak-banyaknya dari Kristin, mengapa dia terjun kedunia hitam itu.

"Aku sudah sakit oleh ulah laki-laki yang tidak bertanggung jawab, aku malu terhadap keluarga dan teman-temanku, Aku pasti dibenci kedua orangtuaku. Allah pasti membenci saya." Dia menangis menumpahkan kesedihannya kepada pak Didi.

Pak Didipun membuka Alkitabnya yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Alkitab tersebut dibungkus pakai koran.

"Kamu Rindu nggak bertemu dengan keluargamu?" Tanya Pak Didi.

"Aku Rindu sekali pak, tetapi maukah mereka menerimaku?" dia balik bertanya.

"Tuhan sendiri selalu terbuka tanganNya menerima orang berdosa dan berpaling ke Jalan yang benar. Ingat Maria Magdalena si Pelacur itu ? Tuhan Yesus mengampuninya bukan ? Tuhan datang ke dunia untuk menyembuhkan orang-orang sakit, agar sembuh. Maukah kamu kembali ? Tuhan dan orangtuamu pasti mau menerimamu. Saya jamin" ujar pak Didi memberi semangat.

"Tapi saya sudah terikat kontrak dengan germo disini" ujarnya. "Nanti saya dituntut ganti rugi" kata Kristin.

"Baiklah kalau begitu,saya akan menghadap germo agar kamu diijinkan keluar. Masalah itu, serahkan kepadaku",ujar sang marinir. Dari pertemuan pertama dengan pak Didi, tidak serta merta Kristin dapat meninggalkan pekerjaannya.

Masih ada sekitar 2 bulan Kristin melakukan pekerjaannya sebagai WTS. Untuk mempercepat prosesnya, maka pak Didi minta kepada Germo dan Kristin agar memberikan waktunya setiap minggu kepada pak Didi, sambil mengatur strategi dan menghubungi gereja yang mau menerima Kristin nanti. Setiap kunjungan pak Didi ke Kristin, dia tetap membayar sebagaimana setoran Kristin ke Germo.

Setelah lobbying kepada gereja,dan keluarga akhirnya tibalah saatnya Kristin keluar dari komplex prostitusi. Pak Didi mengatakan bahwa dia akan mengawini Kristin. Untuk meyakinkan sang germo, pak Didi juga mengajak ayah Kristin bersama-sama membuat pernyataan tanpa sepengetahuan Kristin.

Akhirnya tibalah Kristin dibawa pulang, tetapi bukan ke rumah orangtuanya. Dia dititipkan kesalah sebuah gereja, dan mendapat katekisasi dari Pendeta.

Setelah cukup mendapat katekisasi, pada acara kebaktian hari Minggu berikutnya, Pak Didi mengajak orangtua Riani ikut kebaktian, tetapi diminta duduk dibelakang saja. Orangtua mereka tidak tahu pada saat itu ada acara khusus mengenai anaknya yang hilang. Riani(Kristin) pun sudah dipersiapkan mentalnya untuk mengakui dosa-dosanya dihadapan Jemaat. Lagu Pujian yang berjudul Sai Mulak,sai Mulak dst.. berkumandang.

Dengan tegar dia mengakui dihadapan penatua dan Jemaat. Tibalah acara ucapan selamat kepada Kristin yang sudah pulang dari Parjalangan. Satu per satu jemaat menyalaminya, dan terakhir orangtua Kristin datang.

Kristin langsung mencium kaki kedua orangtuanya(sungkem). Airmata tak terbendung lagi. Orangtua Riani juga juga memeluk pak Didi, dan mengucapkan terima kasih banyak atas kembalinya anak yang hilang ke jalan yang benar. Pak Maruli dan Isteri menangis terharu atas usaha pak Didi. Pendetapun bercerita bahwa semuanya ini adalah berkat usaha pak Didi memohon kepada Tuhan.

Dari kumpulan 100 domba, satu diantaranya hilang. Inilah tugas gereja dan jemaat mencari domba-domba yang hilang dan berkumpul bersama lagi. Pekerjaan ini sudah dilakukan oleh pak Didi dengan baik. Dia hanya jemaat biasa, tetapi terpanggil membawa manusia yang kehilangan arah ke jalan yang dikehendaki Tuhan.

Saat Ini Riani sudah dipersunting oleh laki-laki yang bertanggungjawab dan bekerja disalah satu instansi pemerintah. Pak Didi saat ini adalah Satpam di sebuah gereja,tetapi anak-anaknya menjadi pelayan-pelayan Tuhan semua, ada anaknya menjadi seorang dokter tetapi tetapi aktif melayani.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat adalah inspirasi saya !!!!

◄ Posting Baru Posting Lama ►